ASEAN Terancam Guncang: Perang Thailand vs Kamboja Picu Ketidakstabilan Ekonomi
Ketegangan militer yang kian memanas antara Thailand dan Kamboja kini bukan hanya menimbulkan korban jiwa dan gelombang pengungsi, tetapi juga mengirimkan sinyal bahaya bagi stabilitas ekonomi ASEAN. Perang perbatasan ini berpotensi mengguncang rantai pasok regional, menghambat perdagangan, dan mengikis kepercayaan investor pada kawasan Asia Tenggara.
Konflik Perbatasan yang Meluas Dampaknya
Pertempuran yang terjadi di area perbatasan kedua negara, termasuk penggunaan artileri berat, membuat jalur perdagangan darat lumpuh. Beberapa pos lintas batas utama ditutup untuk alasan keamanan, memicu hambatan logistik yang berdampak langsung pada distribusi barang.
“Setiap hari penutupan perbatasan berarti kerugian besar bagi sektor perdagangan dan pariwisata,” ujar seorang analis ekonomi di Bangkok. “Thailand dan Kamboja adalah pintu gerbang penting bagi komoditas yang bergerak antarnegara ASEAN.”
Efek Domino ke Perekonomian Kawasan
Ekonom memperingatkan bahwa konflik ini dapat memicu efek domino di kawasan. Ketidakpastian politik dan keamanan biasanya membuat investor ragu menanamkan modal, sementara mata uang lokal berpotensi tertekan akibat meningkatnya kekhawatiran pasar.
Kamboja, misalnya, sangat bergantung pada ekspor tekstil, pertanian, dan pariwisata. Sementara Thailand adalah salah satu ekonomi terbesar ASEAN dengan rantai pasok otomotif dan elektronik yang terhubung global. “Gangguan di dua negara ini akan terasa dampaknya di Vietnam, Malaysia, bahkan Indonesia,” tambah analis tersebut.
ASEAN di Persimpangan Jalan
Sebagai organisasi kawasan, ASEAN menghadapi ujian berat. Prinsip diplomasi dan dialog yang selama ini menjadi fondasi ASEAN ditantang oleh konflik bersenjata antara dua anggotanya sendiri.
“ASEAN harus segera turun tangan untuk mencegah perang meluas. Jika dibiarkan, bukan hanya keamanan terguncang, tapi juga pilar ekonomi ASEAN bisa tergoyahkan,” kata seorang pengamat hubungan internasional dari Singapura.
Sektor Pariwisata dan Investasi Terpukul
Thailand dan Kamboja merupakan destinasi wisata dunia. Namun, laporan dari lapangan menunjukkan adanya penurunan tajam kedatangan turis sejak konflik memanas. Maskapai penerbangan dan agen perjalanan mulai membatalkan jadwal ke daerah-daerah yang dinilai berisiko.
Investor asing pun disebut mulai menahan diri. “Ketidakpastian politik adalah musuh terbesar investasi. ASEAN harus cepat mencari solusi,” kata seorang pengusaha asal Jepang yang beroperasi di kawasan tersebut.
Harapan pada Diplomasi
Meski situasi memanas, masih ada harapan melalui jalur diplomasi. Beberapa negara anggota ASEAN telah mengusulkan pertemuan darurat untuk membicarakan langkah mediasi.
“Jika gencatan senjata segera tercapai, kerugian ekonomi masih bisa dibatasi. Tapi jika perang berlarut, dampaknya bisa sangat mahal bagi ASEAN,” tegas pengamat ekonomi regional.
Perang Thailand–Kamboja kini bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga ancaman nyata bagi kestabilan ekonomi ASEAN. Dunia menunggu langkah diplomasi berikutnya — sebelum api konflik menjalar dan membakar fondasi ekonomi kawasan.